Dikala hitam mata bergelayut menutup asmara. Menari-nari di atas bukit dengan langit yang mahabiru. Aku dan tubuh telah di ramal oleh kehidupan. Semata-mata aku hanya butiran pasir yang terhempas jika terkena angin. Tubuh ini berguncang meminta berpikir radikal pada keresahan yang ingin diluapkan. Mata kalian bercahya, tapi tidak untuk mata ini yang selalu buta melihat kesedihan. Tubuh ini tak lekas tegap, hanya membungkuk dan gagap. Mulut pun tak bisa digerakan karena kata-kata sudah tidak lagi menggambarkan keindahan. Tubuh ini telah busuk dan layu dimakan waktu, sehingga membisu dan lumpuh.
Seminggu yang lalu ada berita tentang doa-doa tubuh. Namun doa itu pun tak berpengaruh pada tubuh yang terluka. Jika tubuh ini tidak bisa digerakan, maka mantra hanya sebuah keindahan belaka. Suatu hari langkah ini mulai rapuh, karena sunyata telah dimakan oleh bibir usia. Akhirnya aku tumbang, karena malaikat tahu kapan akan mendekap dimasa yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar