Kini sang pemimpi melanjutkan perjalanannya menuju ujung dunia agar ia bisa melihat segala bentuk dari isi semesta yang telah Tuhan berikan, ia menyapa bukit-bukit di tenggara menenggelamkan rasa lelahnya, dan terus melangkah bersama senyuman langit-langit yang menyambutnya, seraya berkata," selamat datang para penyambut pagi dari dunia mimpi yang kian menjelang kehancuran atas nama ibu bumi dan kebaikan akan menyapamu di dunia nyata saat matahari mulai tenggelam diselatan". Lalu ia pun menyusuri pantai dengan laut yang mahabiru tetapi burung-burung tetap terbang menuju kalbu.
Kemudian ia melihat dua gadis yang sedang menari-nari ketika fajar terbit, mata yang begitu berkilauan merayu semesta yang ragu dari bentuk sifat-sifat manusia yang angkuh,melebur,jatuh dan tersungkur, mereka begitu lihai saat tubuh mereka mulai berlenggak-lenggok menghibur lautan, para kekasih tuhan yang dilupakan. Mereka menari seperti permaisuri para perayu mata dari setiap makhluk hidup yang tinggal dibumi, gadis alami yang terlahir dari budaya yang murni.
Begitu lamanya ia memandang mereka, ia tak pernah memberanikan diri untuk bertanya nama dua gadis tersebut karena ia selalu gugup dan canggung akan fisik yang selalu ia benci, pemimpi itu tak begitu tampan ataupun kaya yang ia punya hanya syair-syair yang berbelit yang begitu sulit untuk dipahami, ia sadar menyukai itu adalah hal yang sulit jadi pemberani pun juga tak akan berguna karena ia tahu akan kekurangannya, lalu ia berkata " jika Tuhan menciptakan manusia itu sama dari tanah, kenapa aku harus menjadi api untuk membenci diriku sendiri? Apakah mencintai harus sama indahnya? Apa harus sama sempurnanya? Aku ingin cinta yang sederhana!! jika aku menemui kekasihku kelak aku akan selalu mencintai keriputnya atau bau keringatnya yang semerbak bau kasturi, kelebihan hanya buah bahagia dan lebih dari itu, kesederhanaanlah yang akan memberiku banyak, lantas jika aku memandang mereka dari tubuhnya yang indah dan wangi yang menyebar hingga ke penjuru bumi, bagaimana aku bisa mencintai mereka? Jika suatu saat tubuh mereka lumpuh hingga mereka menua? Apa yang diharapkan dari mereka selain kerut dan uban yang menyelimuti mereka? Tuhan!! manusia sekarang berbeda, mereka sekarang lebih memamerkan tubuh-tubuh mereka untuk memikat lawan jenisnya, manusia sekarang lebih seperti aktor/aktris yang menonjolkan kelebihan mereka, Tuhan engkau tahu sekeras apapun batu pasti memiliki kelemahan jika dihantam air hujan terus menerus, ini sabdaku atas penduduk bumi." sang pemimpi itu pun terus melangkah menuju dunia untuk melihat setiap bentuk dari isi kembali.
Memang begitulah realitas hidup, kau akan selalu dibenci oleh siapapun jika kau tak sempurna dan akan hidup dalam kesendirian, mereka akan berteman bersamamu jika kau memiliki selera yang sama, perlu diingat!! Setiap tanah itu sama tapi dalam hal bentuk akan selalu berbeda jangan pernah berusaha untuk menjadi baik atau terlihat indah, kau hanyalah tanah!! Ingat!! hanya tanah.
👍🙌
BalasHapus