Langsung ke konten utama

Unggulan

LAMBAI TANGAN SEORANG PEMIMPI







     Sudah lama sejak asi tak lagi diminumnya dari pangkuan seorang ibu dengan mimpi-mimpi yang datang pada mata yang tertutup dari jurang kekosongan dan akal hanyalah jadi sebuah beban, tubuh mungil dan suara jerit tak lagi dilakukan ketika hidupnya sudah menembus fase dimana para pemimpi harus bangun dari hibernasi yang lama, tapi rohnya terbuka ditempat yang penuh warna sedangkan telingannya dijejali musik rock dan punk dengan alkohol yang menjadi minuman paling nikmat sebagai bentuk ucapan selamat datang dari dunia yang bernama kehidupan.

    
     Suatu hari tubuhnya ringkih, matanya muram dan pikirannya menembus setiap jengkal pembatas halusinasi, mungkin obat penenang menjadi warna pada setiap yang ia lihat, dan ia pernah tersungkur beberapa kali terkadang ia ingin hidup tanpa ada orang lain, pada akhirnya kebahagiaan tak pernah ia dapat dalam hidup yang serba kekurangan, mungkin hanya angin yang mengerti perasaannya.

    
     Langkahnya yang terus menyusuri setiap jengkal aspal jalan dan burung-burung slalu menyapa saat tubuhnya roboh diterpa angin yang masuk ke telinganya, ia tak pernah melihat setitik cahaya dari setiap kesedihan dan kesengsaraannya, kata-kata sudah menjadi kalimat baku yang ia tulis, apakah ada yang mengeti dia? Dari seorang pemimpi yang tidur terlalu lama, mungkin hanya tuhan yang bisa berdiskusi dengannya daripada manusia yang kotor yang memiliki kebaikan yang penuh kejijikan.


      Ia tumbuh besar layaknya martir yang menghatam setiap bebatuan keras, bahkan akalnya pun luas dari yang sempit hingga melebar, tangannya slalu menadah memohon harap pada langit, matanya slalu mebiaskan apa yang ia lihat, bahkan telinganya sudah dijejali dengan musik yang sok-soan indie padahal menurutnnya indie bukan tentang senja dan kopi, melainkan bahwa indie adalah ketika senja tiba adalah waktu dimana para manusia yang tengah berjalan meraih pintu surga, dan itu yang ia katakan sebagai seorang pemimpi.


     Ia sekarang mengerti yang hidup pasti akan slalu menjumpai kematian bahkan tumbuhan pun bisa tahu ajalnya dan begitupun manusia, kematian akan slalu jadi takdir yang tak bisa dibantah. Apakah kehiudpan mengajari kita untuk mati? Mungkin tidak, tapi rasanya iya, sekarang ia tahu bahwa kehidupan adalah bekal untuk menembus kematian, dosa dari setiap keburukan mengingatkannya pada kematian dan dosa terburuk adalah hidup menuju keduniawian.


     Lalu ia menemui laut yang penuh dengan hamparan karang dan pohon-pohon di pelataran bibir pantai lalu ia berkata: “ ohhh... laut siapakah yang menciptakanmu yang begitu indah menerjang setiap bebatuan keras hingga terkikis dan siapa pula yang menciptkan pohon tua yang begitu kokoh yang melingdungiku dari panasnya matahari, dan matahari siapa pula yang menciptakanmu? “ mereka hanya bisu dan  mengeluarkan suara-suara yang samar dan pemipi itu pun berkata: baiklahhh .... aku tahu apa maksud kalian!!!, aku sungguh berdosa menjadi manusia yang kehilangan akal untuk tidak mengikuti apa yang diperintahkan oleh pencipta kalian, aku sunngguh hina untuk menjadi pengisi bumi, sungguh kalian indah tak seperti aku yang telah terperosok ke dalam jurang kehancuran “ ( akhirnya ia tak kuat menahan tangis yang keluar dari matanya).


     Kemudian ia berjalan menyusuri dengan kehampaan hatinya dan akhirnya ia bertemu dengan bebatuan curam yang dibawahnya terdapat desa yang sedang bersuka ria, ia bertanya pada bebatuan tersebut dan berkata: “ heyy bebatuan bolehkah aku bertanya padamu? “ ia menjawab: “apakah yang ingin kau tanyakan padaku manusia gundah? “ dan seorang pemimpi itu pun tersenyum dan berkata: “ heyyy bebatuan apakah kau tidak lihat dibawahmu terdapat para manusia yang sedang tersenyum dan tertawa bahagia sedangkan kaki kalian itu sudah tidak kokoh lagi untuk menahan berat tubuh-tubuh kalian? Bagaimana jika kalian menimpa mereka!! “ ( seorang pemimpi itu bertanya dengan nada tinggi) kemudian bebatuan itu menjawab: “ jika penciptaku berkehendak untuk merobohkanku bahkan bila kakiku yang kuat sekalipun tak mungkin aku bisa melawannya, lihatlah tawa mereka yang dibawahku, mereka tak menyadari kematian bisa datang kapanpun jika penciptaku berkehendak, lihatlah kebaikan dan keburukan mereka yang telah aku lihat selama bertahun-tahun, jika aku roboh menimpa mereka tapi mereka dalam keaadan bersujud, mereka akan terbangun dari mimpi-mimpinya yang buruk, tetapi jika aku menimpa mereka dan mereka dalam keadaan berpesta maka mimpi-mimpi yang terburuk akan menimpa mereka, itulah yang dikatakan oleh penciptaku, dan kematian mereka adalah kehendak dari penciptaku dan sungguh malang jika para pemimpi itu bangun dalam keadaan berdosa, termasuk pemimpi sepertimu yang tak pernah puas apa yang diberikan penciptaku, ingatlahhh!!! Dunia ini hanya mimpi!! Kehidupan sebenarnya akan kau jalani setelah kau mengalami kematian, dan bekalmu saat bangun adalah kebaikan dan perbuatan yang telah kau lakukan didunia mimpi ini, ikutilah perintah penciptaku dan rubahlah hidupmu dalam dunia mimpi ini, dan jika kau melakukan itu maka kau akan bangun dalam keadaan segar dengan udara yang bersih dan gadis-gadis cantik yang setia menemanimu, jika engkau tidak mengikuti perintah dari penciptaku, maka kau akan bangun dalam keadaan lumpuh dengan gadis-gadis buruk rupa dan kau tak pernah menemukan setitik udara sekaipun, seorang pemimpi itupun menangis dalam keadaan hati yang hancur dan ia tak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya setelah apa yang ia dengar dari para bebatuan.


     Dan ia pun melanjutkan perjalananya menuju arah matahari dan bertanya pada dirinya dan berkata: “Siapa yang menciptakan para bebatuan itu?  Dan siapa pula yang sudah menciptakan laut yang begitu indah dengan pohon-pohon yang mengeliliginya?” ia masih bertanya apa yang harus dilakukan dalam dunia mimpi ini, perbuatan apa yang harus ia lakukan dalam menghadapi kematian, dan ia pun masih bingung dan mencari setiap jawaban dari beribu pertanyaan, ia masih berjalan untuk menemukan kebenaran.


Komentar

Posting Komentar